Senin, 13 Januari 2014

Perubahan Farmakokinetika pada Obat Golongan NSAID



NSAID bekerja menghambat produksi prostaglandin serta digunakan untuk perawatan nyeri akut dan kronik. Obat ini mempunyai sifat mampu mengurangi nyeri, demam dengan inflamasi, dan yang disertai dengan gangguan inflamasi nyeri lainnya. NSAID merupakan sediaan yang paling luas peresepannya terutama pada kasus-kasus nyeri inflamasi karena efeknya yang kuat dalam mengatasi nyeri inflamasi tingkat ringan sampai sedang (Fajriani,2008).
 Dalam peresepan NSAID hal yang terpenting adalah pertimbangan efek terapi dan efek samping yang berhubungan dengan mekanisme kerja sediaan obat ini, terutama pemberian pada geriatri. Dimana efek samping NSAID dapat terjadi pada berbagai organ tubuh terpenting seperti saluran cerna, jantung dan ginjal, sedangkan organ-organ vital pada geriatri mulai mengalami penurunan fungsi organ. Tentunya hal ini patutlah menjadi perhatian, khususnya menyangkut pengetahuan farmakokinetik dan farmakologik obat atau patofisiologi proses penyakit yang akan diterapi (Fajriani,2008).
Seiring dengan perkembangan sediaan NSAID, para ahli mengupayakan penyediaan obat ini dengan efek samping yang seminimal mungkin, diantaranya merubah formulasi dan penemuan sediaan NSAID baru. Akan tetapi ternyata sediaan terkinipun tidak mampu memberikan solusi yang terbaik sebab disatu sisi memberikan efek samping minimal terhadap suatu organ tubuh tertentu, tetapi memberi efek samping yang lebih besar terhadap organ tubuh
lainnya. Untuk itu hal yang terbaik dilakukan adalah menghindari peresepan yang tidak diperlukan, sebab resikonya akan lebih besar jika kontraindikasi NSAID tidak diindahkan atau tidak menjadi perhatian yang utama, khususnya pemberian pada geriatri. Untuk itu pemberian obat NSAID ini perlu dikaji dengan seksama dan melakuakan terapi medikamentosa secara rasional (Fajriani,2008).
          Obat analgesik anti inflamasi non steroid merupakan suatu kelompok sediaan dengan struktur kimia yang sangat heterogen, dimana efek samping dan efek terapinya berhubungan dengan kesamaan mekanisme kerja sediaan ini pada enzim cyclooxygenase (COX). Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir memberikan penjelasan mengapa kelompok yang heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek samping, ternyata hal ini terjadi berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG). Mekanisme kerja yang berhubungan dengan biosintesis PG ini mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane dan kawan-kawan yang memperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometason menghambat produksi enzimatik PG. Dimana juga telah dibuktikan bahwa jika sel mengalami kerusakan maka PG akan dilepas.Namun demikian obat NSAID secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrin,yang diketahui turut berperan dalam inflamasi. NSAID menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat cyclooxysigenase dengan cara yang berbeda (Fajriani,2008).
NSAID dikelompokkan berdasarkan struktur kimia,tingkat keasaman dan ketersediaan awalnya. Dan sekarang yang popoler dikelompokkan berdasarkan selektifitas hambatannya pada penemuan dua bentuk enzim constitutive cyclooxygenase-1 (COX-1) dan inducible cycloocygenase-2 (COX-2).COX-1 selalu ada diberbagai jaringan tubuh dan berfungsi dalam mempertahankan fisiologi tubuh seperti produksi mukus di lambung tetapi sebaliknya ,COX-2 merupakan enzim indusibel yang umumnya tidak terpantau di kebanyakan jaringan, tapi akan meningkat pada keadaan inflamasi atau patologik. NSAID yang bekerja sebagai penyekat COX akan berikatan pada bagian aktif enzim,pada COX-1 dan atau COX - 2, sehingga enzim ini menjadi tidak berfungsi dan tidak mampu merubah asam arakidonat menjadi mediator inflamasi prostaglandin. NSAID yang termasuk dalam tidak selektif menghambat sekaligus COX-1 dan COX-2 adalah ibuprofen,indometasin dan naproxen. Asetosal dan ketorokal termasuk sangat selektif menghambat menghambat COX-1. Piroxicam lebih selektif menyekat COX-1, sedangkan yang termasuk selektif menyekat COX-2 antara lain diclofenak, meloxicam, dan nimesulid. Celecoxib dan rofecoxib sangat selektif menghambat COX-2 (Fajriani,2008).

Perubahan Farmakokinetika pada Geriatri
          Terjadi penurunan sekresi lambung kira-kira 25% pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun sehingga pH lambung menjadi lebih tinggi. Motilitas gastrointestinal, aliran darah splanich,area absorpsi dan transport aktif protein menurun. Perubahan farmakokinetik pada lansia dapat dilihat pada tabel 1. Perubahan farmakokinetika yang berhubungan dengan umur.

          Perubahan farmakodinamik yang berhubungan dengan usia sering menyebabkan meningkatnya sensitivitas pasien lansia terhadap obat-obatan, sehingga mengakibatkan banyak terjadi efek samping obat. Yang lebih spesik adalah penurunan fungsi homeostasis pada lansia dapat menerangkan terjadinya perlambatan pemulihan ke arah kondisi basal setelah gangguan fungsi organ seperti terjadinya gagal ginjalakut dan perdarahan saluran cerna akibat pemakaian NSAID (Eko, Thomas P,2013)
          Dimana semua lansia yang mengalami gangguan fungsi atau penurunan kualitas hidup akibat nyeri kronik adalahkandidat untuk terapi farmakologi. Pengetahuan tentang farmakologi dari masing-masing obat sangat penting untuk manajemen nyeri yang aman dan efektif. Dimana dosis NSAID yang direkomendasikan untuk NSAID sangan bervariasi dimaqna tergantung pada dosis terkecil yang masih efektif. Sebagai contoh NSAID COX-2 inhibitor (celecoxib) 100 mg dua kali sehari (Eko, Thomas P,2013).




DAFTAR PUSTAKA

Eko, Thomas P, 2013. Terapi Farmakologi Nyeri Neuropati Pada Lanjut Usia. Medicina volume 44 no 4.

Fajriani, 2008. Pemberian Obat-Obatan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Pada Anak. Indonesian  Journal of Dentistry; 15 (3);200-2004)

1 komentar:

  1. Casino & Hotel, Las Vegas - Mapyro
    Casino & Hotel, Las Vegas. 4.5 star rating. Las Vegas 벳 365 Strip. 4.5 star rating. A-list Hotel, 과천 출장안마 2 Bars, 서산 출장샵 Restaurants & Resorts 양산 출장안마 in the 영천 출장마사지 USA.

    BalasHapus