NSAID bekerja menghambat produksi prostaglandin serta digunakan
untuk perawatan nyeri akut dan kronik. Obat ini mempunyai sifat mampu
mengurangi nyeri, demam dengan inflamasi, dan yang disertai dengan gangguan
inflamasi nyeri lainnya. NSAID merupakan sediaan yang paling luas peresepannya
terutama pada kasus-kasus nyeri inflamasi karena efeknya yang kuat dalam
mengatasi nyeri inflamasi tingkat ringan sampai sedang (Fajriani,2008).
Dalam peresepan NSAID hal
yang terpenting adalah pertimbangan efek terapi dan efek samping yang
berhubungan dengan mekanisme kerja sediaan obat ini, terutama pemberian pada geriatri. Dimana efek samping NSAID dapat
terjadi pada berbagai organ tubuh terpenting seperti saluran cerna, jantung dan
ginjal, sedangkan organ-organ vital pada geriatri mulai
mengalami penurunan fungsi organ. Tentunya hal ini patutlah menjadi
perhatian, khususnya menyangkut pengetahuan farmakokinetik dan farmakologik
obat atau patofisiologi proses penyakit yang akan diterapi (Fajriani,2008).
Seiring dengan perkembangan sediaan NSAID, para ahli
mengupayakan penyediaan obat ini dengan efek samping yang seminimal mungkin, diantaranya
merubah formulasi dan penemuan sediaan NSAID baru. Akan tetapi ternyata sediaan
terkinipun tidak mampu memberikan solusi yang terbaik sebab disatu sisi
memberikan efek samping minimal terhadap suatu organ tubuh tertentu, tetapi
memberi efek samping yang lebih besar terhadap organ tubuh
lainnya. Untuk itu
hal yang terbaik dilakukan adalah menghindari peresepan yang tidak diperlukan,
sebab resikonya akan lebih besar jika kontraindikasi NSAID tidak diindahkan
atau tidak menjadi perhatian yang utama, khususnya pemberian pada geriatri. Untuk itu pemberian obat NSAID ini
perlu dikaji dengan seksama dan melakuakan terapi medikamentosa secara rasional (Fajriani,2008).
Obat analgesik anti
inflamasi non steroid merupakan suatu kelompok sediaan dengan struktur kimia
yang sangat heterogen, dimana efek samping dan efek terapinya berhubungan
dengan kesamaan mekanisme kerja sediaan ini pada enzim cyclooxygenase (COX).
Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir memberikan penjelasan mengapa
kelompok yang heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek
samping, ternyata hal ini terjadi berdasarkan atas penghambatan biosintesis
prostaglandin (PG). Mekanisme kerja yang berhubungan dengan biosintesis PG ini
mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane dan kawan-kawan yang memperlihatkan
secara invitro bahwa dosis rendah aspirin dan indometason menghambat produksi
enzimatik PG. Dimana juga telah dibuktikan bahwa jika sel mengalami kerusakan
maka PG akan dilepas.Namun demikian obat NSAID secara umum tidak menghambat
biosintesis leukotrin,yang diketahui turut berperan dalam inflamasi. NSAID
menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga konversi asam arakidonat
menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat cyclooxysigenase dengan
cara yang berbeda (Fajriani,2008).
NSAID dikelompokkan berdasarkan struktur kimia,tingkat keasaman
dan ketersediaan awalnya. Dan sekarang yang popoler dikelompokkan berdasarkan
selektifitas hambatannya pada penemuan dua bentuk enzim constitutive
cyclooxygenase-1 (COX-1) dan inducible cycloocygenase-2 (COX-2).COX-1
selalu ada diberbagai jaringan tubuh dan berfungsi dalam mempertahankan
fisiologi tubuh seperti produksi mukus di lambung tetapi sebaliknya ,COX-2
merupakan enzim indusibel yang umumnya tidak terpantau di kebanyakan jaringan, tapi
akan meningkat pada keadaan inflamasi atau patologik. NSAID yang bekerja
sebagai penyekat COX akan berikatan pada bagian aktif enzim,pada COX-1 dan atau
COX - 2, sehingga enzim ini menjadi tidak berfungsi dan tidak mampu merubah
asam arakidonat menjadi mediator inflamasi prostaglandin. NSAID yang termasuk
dalam tidak selektif menghambat sekaligus COX-1 dan COX-2 adalah
ibuprofen,indometasin dan naproxen. Asetosal dan ketorokal termasuk sangat
selektif menghambat menghambat COX-1. Piroxicam lebih selektif menyekat COX-1,
sedangkan yang termasuk selektif menyekat COX-2 antara lain diclofenak,
meloxicam, dan nimesulid. Celecoxib dan rofecoxib sangat selektif menghambat
COX-2 (Fajriani,2008).
Perubahan Farmakokinetika pada Geriatri
Terjadi penurunan sekresi lambung
kira-kira 25% pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun sehingga pH lambung
menjadi lebih tinggi. Motilitas gastrointestinal, aliran darah splanich,area
absorpsi dan transport aktif protein menurun. Perubahan farmakokinetik pada
lansia dapat dilihat pada tabel 1.
Perubahan farmakokinetika yang berhubungan dengan umur.
Perubahan farmakodinamik yang
berhubungan dengan usia sering menyebabkan meningkatnya sensitivitas pasien
lansia terhadap obat-obatan, sehingga mengakibatkan banyak terjadi efek samping
obat. Yang lebih spesifik adalah
penurunan fungsi homeostasis pada lansia dapat menerangkan terjadinya
perlambatan pemulihan ke arah kondisi basal setelah gangguan fungsi organ
seperti terjadinya gagal ginjalakut dan perdarahan saluran cerna akibat
pemakaian NSAID (Eko, Thomas P,2013)
Dimana semua lansia yang mengalami
gangguan fungsi atau penurunan kualitas hidup akibat nyeri kronik
adalahkandidat untuk terapi farmakologi. Pengetahuan tentang farmakologi dari
masing-masing obat sangat penting untuk manajemen nyeri yang aman dan efektif.
Dimana dosis NSAID yang direkomendasikan untuk NSAID sangan bervariasi dimaqna
tergantung pada dosis terkecil yang masih efektif. Sebagai contoh NSAID COX-2
inhibitor (celecoxib) 100 mg dua kali sehari (Eko, Thomas P,2013).
DAFTAR PUSTAKA
Eko, Thomas P, 2013. Terapi Farmakologi Nyeri Neuropati
Pada Lanjut Usia. Medicina volume 44 no
4.
Fajriani, 2008. Pemberian Obat-Obatan Anti Inflamasi Non
Steroid (AINS) Pada Anak. Indonesian Journal of Dentistry; 15
(3);200-2004)
Casino & Hotel, Las Vegas - Mapyro
BalasHapusCasino & Hotel, Las Vegas. 4.5 star rating. Las Vegas 벳 365 Strip. 4.5 star rating. A-list Hotel, 과천 출장안마 2 Bars, 서산 출장샵 Restaurants & Resorts 양산 출장안마 in the 영천 출장마사지 USA.